Yuk Bisnis Beternak Perkutut

ternak perkutut

Terus terang saya kurang suka memelihara hewan, apalagi burung yang perlu perawatan ekstra. Akan tetapi, yang namanya burung hampir ada di setiap rumah di daerah saya. Bermacam-macam aneka burung yang nggak saya kenal namanya pun ada. Tapi yang satu ini, saya kenal betul dengan suara khasnya : whur ketekuk, whurr ketekuk, kuk kuk…. Penggemar burung pasti tahu suara khas tersebut yang dilantunkan oleh burung perkutut yang sedang manggung.

Saya teringat saat masih menjadi kontraktor rumah (maksudnya mengontrak rumah) Tuan rumah memelihara banyak sekali burung perkutut. Harganya? Bikin saya menelan ludah, jutaan perekor. Entah apa yang membuat harga perkutut begitu mahal, paling murah saja di jual sekitar 1,5 jutaan pada waktu itu ( 1996 sebelum krismon) sedangkan saya mengontrak rumah Cuma 500 ribu/tahun.

Dari berbagai sumber yang saya baca, Perkutut (Geopelia Striata) termasuk bangsa merpati-merpatian (Columbidae) yang terdiri dari 10 kelompok antara lain: Punai, Katik, Pergam, Ucal, Junai, Mabruk, Delimukan, merpati (dara), Tekukur dan Perkutut. Tapi saya tidak banyak menulis tentang si Perkutut namun berbagi cerita tentang bisnis beternak perkutut.

Seberapa besar nilai bisnis yang terkandung di balik budidaya burung perkutut, mungkin belum banyak orang yang tak paham. Dibanding ternak unggas yang lainnya, perkutut punya beberapa kelebihan. Dari segi tehnis pengelolaan, tidak rumit. Modalnya, juga tidak terlalu besar, hanya investasi awalnya (untuk membuat kandang) saja yang bisa memakan biaya banyak.

Dari pengalaman si Tuan rumah saya dulu, bisnis beternak perkutut yang dijalani menghasilkan uang yang menggiurkan. Ada cerita lagi, ketika hendak menikahkan anaknya, si Tuan rumah cukup menjual dua perkutut favoritnya dengan harga 30 juta. He..he.. biaya kawin disumbang perkutut.

Sekali lagi saya bukan ahli perburungan, namun cerita-cerita pebisnis burung perkutut bisa (mungkin) menjadi inspirasi bagi yang ingin beternak perkutut. Ini sebagian tulisan Anthan Warsita dari Surabaya.

Bisnis Beternak Perkutut

Secara tehnis beternak perkutut terbilang mudah. Dalam sangkar kecil seukuran kandang soliter (45x45x65 cm3) sudah bisa. Apalagi di sangkar yang lebih besar. Kelebihan perkutut terutama karena mudah dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru di dalam sangkar.

Disamping itu, perkutut tidak gampang stress, jarang terkena penyakit, pakan melimpah dan murah. Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan, kebersihan lingkungan, sangkar, minuman dan makan.

Agar hasil anakan sesuai dengan harapan, ada baiknya lebih dulu mempelajari teknik perkawinan atau crossing. Teknik ini perlu dilakukan secara berulang hingga mencapai anakan yang berkualitas. Ujung-ujungnya tentu saja duit. Makin baik mutunya, makin tinggi harganya.

Membidik pasar potensial Perkutut

Sejauh ini pasar perkutut masih terbuka luas. Menurut perhitungan rasional, bila 10% dari 210 juta penduduk di Indonesia hobi memelihara burung, itu jumlahnya sama dengan 21 juta, taruhlah yang senang sama perkutut cuma 3 % atau 7 juta orang. Bila setiap orang ingin memiliki 3 ekor, tinggal dihitung berapa kebutuhan perkutut di Indonesia.

Berdasarkan catatan Persatuan Pelestari Perkutut se Indonesia (P3SI), jumlah peternak saat ini ada 5 ribuan dengan 50 ribu kandang, sedangkan produksi per tahun baru sekitar 500 ribu ekor. Bila diambil rata-rata, setiap peternak menghasilkan 4.400 ekor senilai Rp 220 juta.

Segmen Pasar Perkutut

Singkat kata, kisaran harga perkutut memang bervariasi. Namun secara umum ada 5 segmen :

  1. Segmen pasar yang menekankan perkutut untuk kepentingan lomba, konkurs atau sejenisnya. Segmen ini tentu membutuhkan perkutut yang berkualitas baik, sesuai aturan main yang ditetapkan P3SI. Tak heran bila perkutut yang didambakannya seharga ratusan juta rupiah.
  2. Segmen pasar yang menekankan pada sisi peternaknya. Bagi masyarakat peternak perkutut yang terpenting adalah kemampuan memproduksi anakannya secara optimal dengan suara dan irama anggungan yang baik dengan demikian harganya pun juga tinggi.
  3. Yang mungkin dijangkau masyarakat penggemar perkutut. Segmen ini lebih menekankan unsur gengsi. Jadi, yang lebih menjadikan pertimbangan utama adalah irama yang disukai pemiliknya. Pada segmen ini perkutut akan bernilai jutaan sampai puluhan juta.
  4. Orientaisnya pada katuranggan. Pemilik meyakini bahwa perkutut dapat membuat pemiliknya memperoleh kebahagiaan, ketentraman hidup dan rezeki melimpah atau tanda-tanda baik lainnya. Masyarakat yang mengetahui bahwa katurangga perkutut yang akan dipelihara bakal mendatangkan kebaikan tentu akan membelinya dengan harga berapa pun.
  5. Banyak orang yang memiliki perkutut dengan pertimbangan unik dan eksotis. Mereka yang termasuk dalam kelompok ini akan mampu menghargai perkutut sampai jutaan rupiah.
Kamu telah membaca artikel tentang "Yuk Bisnis Beternak Perkutut". Semoga menambah pengetahuan. Salam Blogger!

You May Also Like

About the Author: Kang Andre

Cuma blogger amatir yang mencoba profesional dan ingin berbagi tulisan online.

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *