Pengalaman Menjadi Operator Sekolah

operator dapodik

Pengalaman menjadi operator sekolah ini saya peroleh meski saya bukan PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) di sekolah tersebut. Saya diminta tolong oleh seorang kepala SDN di Palengaan Pamekasan untuk menjadi operator dikarenakan tidak adanya tenaga operator serta keterbatasan kemampuan TIK kepala sekolah serta guru yang ada.

Kebutuhan seorang operator sekolah dikarenakan mulai tahun 2013 pendataan tenaga pendidik dilakukan online dengan sebuah aplikasi, tidak lagi melakukan pemberkasan seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Tugas operator dapodik sekolah adalah menginput data ke aplikasi pendataan sekolah kemudian dikirim ke server pusat Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Sekilas tugas ini terlihat sederhana, hanya mengisi data ke aplikasi yang ada dan kirim ke pusat data lewat internet. Saya pun menyanggupi, karena selama ini saya yang membuat dan mengelola website resmi SDN Kacok 2.

Nopember 2012 lalu, Kepala Sekolah menyerahkan sebuah CD yang berisi software aplikasi pendataan sekolah yang didapat dari sosialisasi Pengisian Aplikasi Pendataan Tenaga Pendidik, oleh Diknas Pamekasan. Namun sosialisasi yang dihadiri kepsek Kacok 2 itu tidak memberi rincian yang jelas tentang aplikasi tersebut. Saya pun lantas mempelajarinya dan mencari informasi tentang Dapodik di internet.

Setelah mempelajari juknis pendataan, agar pekerjaan berjalan sempurna, saya membuat proposal pengajuan dana BOS untuk TIK, mengingat akses internet merupakan faktor penting dalam proses pendataan online. Selain itu, koneksi internet sulit diakses di lokasi sekolah. Setelah disetujui, maka saya pun mulai melakukan langkah-langkah sesuai juknis.

Pengalaman Menjadi Operator Sekolah

Ternyata, kendala yang muncul adalah sulitnya mendapatkan data, terutama untuk peserta didik. Lokasi daerah pedesaan yang masih belum sadar birokrasi menjadi kendala. Identitas siswa didik sulit didapat seperti tanggal kelahiran, NIK, dsb. Perlu perjuangan guru kelas untuk mengisi formulir pedataan peserta didik. Jika dibagikan langsung ke siswa untuk diisi di rumah, kemungkinan besar formulir akan hilang.

Untuk PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) sendiri, kadang kurang serius mengisi formulir data yang ada. Banyak isian yang kosong, sehingga menghambat proses input data. Berbagai alasan yang diungkapkan, mulai dari lupa sampai tidak tahu, tanpa ada tindak lanjut. Sepertinya tidak mendukung Dapodik.

Tugas operator sekolah hanya terbatas menginput data, namun jika data tidak lengkap terkadang sistem aplikasi tidak mau berjalan (invalid). Hal ini yang merepotkan, jika direkayasa saya tidak berani melakukan. Beberapa kali formulir saya kembalikan untuk dilengkapi, atau saya telepon yang bersangkutan bila data kurang lengkap. Dan saya pun memperingatkan pentingnya Dapodik sesuai Juknis kepada kepala sekolah dan PTK lainnya.

Nah, pada bulan April ini, Tunjangan Profesi Guru bersertifikasi diumumkan. Berbeda dengan waktu sebelumnya, TPG berdasarkan dapodik yang telah saya buat. Apa hasilnya? Dari 7 PTK yang telah bersertifikasi hanya mendapat 4 orang yang mendapat SK, sedangkan 3 orang belum memenuhi syarat, termasuk kepala sekolah.

Sasaran awal bagi yang belum menerima SK adalah kepada saya sebagai operator sekolah. Saya pun menjawab bahwa data telah saya update sesuai formulir yang ada. Jika sudah begini, siapa yang salah? Semua data saya print sebagai bukti bahwa saya telah mengerjakan dengan benar.

Saya juga tidak tinggal diam, segera meluncur ke rumah petugas pendataan diknas untuk menanyakan hal ini, mengapa ada yang tidak memenuhi syarat? “Mungkin sistem tidak membaca data,” jawab beliau.

Ternyata di daerah kabupaten Pamekasan, hampir 50 persen TPG tidak keluar. Terlebih, ada sekolah eks RSBI, semua PTK tidak memenuhi syarat, padahal sekolah tersebut ada Guru TIK dan banyak guru berprestasi. Kepala sekolah pun dibuat tanda tanya, kenapa? Dan seluruh Indonesia pun banyak mengalami hal sama, banyak keluhan tentang dapodik sebagai dasar TPG

Berhubung saya sudah biasa mengelola blog (meski nggak profesional) saya menganalisa, jika data yang di input telah benar, bisa jadi sistem yang tidak berjalan dengan sempurna. Terkadang bila kita meng-upload data, bisa jadi data yang dikirim tidak sempurna dikarenakan server bermasalah, lambat, dsb. Bisa juga koneksi internet yang tidak stabil. Celakanya, jika data yang tidak sempurna tersebut dijadikan dasar untuk TPG, maka bisa saja tidak memenuhi syarat.

Selain itu, server situs kemdiknas kadang tidak bisa diakses. Sebagai contoh, ketika saya menginginkan verifikasi data PTK online di http://p2tkdikdas.kemdikbud.go.id/, hasil yang muncul:
jtablesession::Store Failed DB function failed with error number 145
Table ‘.bindiklatjos_session’ is marked as crashed and should be repaired SQL=INSERT INTO `jos_session` ( `session_id`,`time`,`username`,`gid`,`guest`,`client_id` ) VALUES ( ‘7396a7e48afb2170c30a15655d01ecf4′,’1365919849′,”,’0′,’1′,’0’ )

Bisa juga data yang saya input tidak update. Sebagai operator sekolah, saya melakukan apa yang sudah menjadi tugas dan tanggungjawab saya untuk menginput data. Dengan kata lain, saya sebagai operator akan mengerjakan apa yang ada, dan jika data tidak update, itu resiko PTK, yang jelas saya sebagai operator sudah memperingatkan.

Kamu telah membaca artikel tentang "Pengalaman Menjadi Operator Sekolah". Semoga menambah pengetahuan. Salam Blogger!

You May Also Like

About the Author: Kang Andre

Cuma blogger amatir yang mencoba profesional dan ingin berbagi tulisan online.

5 Comments

  1. supaya bisa melamar jadi OPS itu pendekatan nya seperti apa mas ? apakah harus kenal dengan orang2 disekolah, dll ??

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *