Saat menulis artikel blog, sering kali blogger dihadapkan pada tugas untuk mengubah kalimat atau ide orang lain menjadi sesuatu yang lebih segar, mudah dipahami, atau sekadar menyesuaikan dengan gaya bahasa kita sendiri. Nah, ada dua cara yang sering muncul di sini: parafrase dan rewrite (penulisan ulang). Meskipun keduanya sering dianggap serupa, sebenarnya ada perbedaan mendasar yang perlu kamu pahami supaya nggak bingung ketika menulis.
Perbedaan Utama Parafrasa dan Rewrite
Perbedaan utama antara parafrase dan rewrite terletak pada kedalaman perubahan yang kamu lakukan. Parafrasa fokus pada penyampaian makna yang tetap sama, dengan mengubah kata-kata saja. Sedangkan rewrite memberi kebebasan untuk mengubah struktur, gaya bahasa, bahkan menambahkan elemen baru jika diperlukan.
Parafrasa lebih sering digunakan untuk merangkum atau menjelaskan ulang ide yang sudah ada. Sementara itu, rewrite lebih cocok jika kamu ingin membuat sesuatu yang lebih fresh, lebih orisinal, dan mungkin lebih panjang atau mendalam. Mari kita perjelas lebih lanjut.
Parafrasa Mengubah Kata Tapi Tetap Mempertahankan Makna
Parafrasa itu mirip seperti merangkai ulang kalimat orang lain dengan kata-kata kamu sendiri, tanpa mengubah makna aslinya. Misalnya, kamu membaca sebuah artikel dan ingin menyampaikan kembali inti dari informasi yang ada dengan gaya kamu.
Kamu tetap harus menyampaikan pesan yang sama, hanya saja dengan susunan kata yang berbeda. Intinya, parafrasa itu membuat kalimat lebih segar dan mudah dipahami, tanpa mengubah informasi pentingnya.
Contohnya gini:
Asli: “Makanan sehat sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.”
Parafrasa: “Mengkonsumsi makanan bergizi membantu tubuh tetap sehat dan bugar.”
Perhatikan, walaupun kata-katanya berbeda, pesan yang disampaikan tetap sama. Parafrasa ini sangat berguna jika kamu ingin menjelaskan sesuatu dengan cara yang lebih sederhana atau sesuai dengan audiens yang berbeda.
Rewrite Mengubah Struktur dan Gaya Penulisan lebih Kreatif
Nah, kalau rewrite itu lebih dari sekedar mengubah kata-kata. Rewrite atau penulisan ulang berarti kamu bisa bebas untuk mengubah struktur kalimat, menambah atau mengurangi informasi, dan bahkan mungkin menambahkan elemen-elemen baru yang lebih relevan atau menarik.
Jadi, rewrite itu lebih banyak melibatkan kreativitas kamu dalam menyampaikan ide yang sama, dengan penyesuaian tertentu.
Contohnya begini:
Asli: “Makanan sehat sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.”
Rewrite: “Mengkonsumsi makanan sehat bukan hanya membantu menjaga berat badan ideal, tapi juga meningkatkan daya tahan tubuh kita.”
Kamu bisa lihat, dalam rewrite, tidak hanya kata-katanya yang berubah, tapi juga penambahan informasi untuk membuatnya lebih lengkap atau lebih menarik.
Apakah Parafrase dan Rewrite Dianggap Plagiat atau Mencuri Ide?
Ini pertanyaan yang sangat penting, teman-teman! Banyak yang mungkin bingung soal perbedaan antara parafrase, rewrite, dan plagiat. Pada dasarnya, baik parafrase maupun rewrite itu tidak serta merta dianggap plagiat atau mencuri ide, asalkan dilakukan dengan benar. Tapi, kalau kamu asal menyalin tanpa memberikan penghargaan yang tepat, baru deh itu yang bisa jadi masalah.
Parafrasa itu sejatinya bukan tindakan plagiat jika kamu mengubah kata-kata orang lain dengan cara yang benar dan tidak merusak makna aslinya. Artinya, kamu harus tetap memberikan pengakuan bahwa ide tersebut berasal dari orang lain. Jangan cuma ganti beberapa kata dan klaim itu sebagai pemikiran kamu sendiri.
Sebagai contoh, jika kamu membaca sebuah artikel dan merangkum ulang informasi dari artikel itu dengan kata-katamu, kamu harus tetap memberikan referensi ke sumber aslinya. Dengan begitu, kamu sudah menghindari plagiat.
Rewrite, yang lebih melibatkan kreativitas dalam mengubah kalimat dan struktur, juga tidak otomatis dianggap plagiat, selama kamu menulis ulang dengan cara yang orisinal dan memberikan atribusi jika ide dasarnya berasal dari sumber lain.
Rewrite itu memberi ruang lebih banyak bagi penulis untuk menyajikan informasi dengan gaya sendiri, menambah perspektif baru, atau bahkan memperluas topik yang dibahas. Namun, jika dalam rewrite kamu tetap menggunakan ide atau informasi yang diambil dari orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, ini bisa dianggap sebagai plagiat.
Hal yang perlu kamu ingat adalah soal atribusi atau pengakuan terhadap sumber asli. Baik dalam parafrase maupun rewrite, ide atau informasi yang diambil dari karya orang lain harus diakui. Jika kamu menulis berdasarkan riset atau artikel yang sudah ada, selalu pastikan kamu menyebutkan sumbernya dengan jelas, baik itu dalam bentuk kutipan, referensi, atau link yang relevan.
Jadi, intinya, parafrasa dan rewrite itu sah-sah saja, asal kamu lakukan dengan jujur dan menghargai hak cipta orang lain. Hindari hanya mengganti beberapa kata tanpa memahami ide yang kamu ambil, dan pastikan selalu ada penghargaan terhadap sumber informasi yang kamu gunakan.
Dengan cara ini, kamu tidak hanya menghindari plagiat, tetapi juga menambah kredibilitas sebagai penulis yang bertanggung jawab.
Sebagai penulis blog, tahu kapan harus parafrase dan kapan harus melakukan rewrite itu sangat penting, terutama jika kamu ingin artikelmu terasa orisinal tapi tetap relevan dengan topik yang sedang dibahas. Jangan ragu untuk bereksperimen dengan keduanya sesuai dengan kebutuhan artikel kamu.
Pilih parafrasa jika kamu ingin menjaga kesetiaan pada pesan asli, dan pilih rewrite jika kamu ingin menambahkan nuansa atau memberikan informasi yang lebih mendalam, sambil tetap menjaga audiens tetap tertarik.
Selamat menulis!